KONSEP DASAR DAN TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNTIF
A.
PENDAHULUAN
Istilah “Cognitive”
berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian
yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia /
satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli
jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku
itu terjadi
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari kajian di
atas, maka penulis merumuskan permasalahan yang hendak di bahas dalam maalah
ini, yaitu:
1.
Pengertian kognitif
2.
Teori perkembangan
kognitif
3.
Proses perkembangan
C.
PEMBAHASAN
Kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne
dalam Jamaris, 2006). Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya
adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam
pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai
salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah
PRINSIP DASAR TEORI PIAGET
• Jean Piaget (seorang
psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980) dikenal dengan teori perkembangan
intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi
biologi & psikologis.
• Piaget menerangkan
inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. contoh:
manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin;
manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga
tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk
memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Tiga Aspek Inteligensi
Menurut Piaget, inteligensi dapat
dilihat dari 3 perspektif berbeda:
1.
Struktur Disebut juga scheme (skemata/Schemas).
Struktur & organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih
dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia
dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri.
Struktur kognitif merupakan mental framework yg dibangun seseorang dengan
mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya,
mereorganisasikannya serta mentransformasikannya (Flavell, Miller & Miller,
1993).
2 hal penting yg harus diingat
tentang membangun struktur kognitif:
1) seseorang terlibat secara aktif
dalam membangun proses.
2) lingkungan dimana seseorang
berinteraksi penting untuk perkembangan struktural.
Piaget tidak melihat struktur kognitif sebagai mekanisme biologis lahiriah. Dia tidak percaya bahwa anak-anak memasuki dunia dengan “piranti dasar” untuk memahami realita. Anak-anak secara perlahan & bertahap membangun cara pandang mereka sendiri terhadap realita. Pembentukan struktur kognitif mulai pada awal kehidupan segera setelah bayi mulai memiliki pengalaman dengan lingkungan. Tapi bukankah seorang bayi yg baru lahir belum memiliki pengalaman apapun terhadap lingkungan? Piaget percaya bahwa seorang bayi yg tidak berpengalaman penuh memiliki struktur yg sudah terbentuk yg memprogramkan mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan, ini yg disebut struktur fisik, seperti sistem syaraf & otak manusia serta organ2 sensorik spesifik. Dan refleks-refleks yg disebut sebagai “automatic behavioral reactions”. Bayi melatih struktur-struktur ini dalam interaksi dengan lingkungan & memulainya dengan segera untuk mengembangkan struktur kognitif.
Piaget tidak melihat struktur kognitif sebagai mekanisme biologis lahiriah. Dia tidak percaya bahwa anak-anak memasuki dunia dengan “piranti dasar” untuk memahami realita. Anak-anak secara perlahan & bertahap membangun cara pandang mereka sendiri terhadap realita. Pembentukan struktur kognitif mulai pada awal kehidupan segera setelah bayi mulai memiliki pengalaman dengan lingkungan. Tapi bukankah seorang bayi yg baru lahir belum memiliki pengalaman apapun terhadap lingkungan? Piaget percaya bahwa seorang bayi yg tidak berpengalaman penuh memiliki struktur yg sudah terbentuk yg memprogramkan mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan, ini yg disebut struktur fisik, seperti sistem syaraf & otak manusia serta organ2 sensorik spesifik. Dan refleks-refleks yg disebut sebagai “automatic behavioral reactions”. Bayi melatih struktur-struktur ini dalam interaksi dengan lingkungan & memulainya dengan segera untuk mengembangkan struktur kognitif.
2. Isi
Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu
menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang
tertarik pada apa yg anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang
mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan
struktur & fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan
“bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.
3. Fungsi
Disebut fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua
organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui
proses organisasi & adaptasi. Organisasi: cenderung uuntuk
mengintegrasi diri & dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi
satu kesatuan yg penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara:
a.
organisme memanipulasi dunia luar dengan cara
membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan asimilasi.
Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar & mencocokkannya ke dalam
struktur yg sudah ada. contoh: manusia mengasimilasi makanan dengan membuatnya
ke dalam komponen nutrisi, makanan yg mereka makan menjadi bagian dari diri
mereka.
b.
organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi
lebih menyukai lingkungannya. Proses ini disebut akomodasi. Ketika
seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk
memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan
tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan lambung untuk
menghancurkannya & kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah
dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya.
Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF
Teori Perkembangan
Kognitif,
dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog
Swiss yang hidup tahun 1896-1980.
Teorinya memberikan banyak konsep utama
dalam lapangan psikologi perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia
dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi
secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme,
yang berarti, tidak seperti teori nativisme
(yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi
dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget
memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak
untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
- Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1.
PERIODE SENSORIMOTOR
Menurut Piaget, bayi
lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat
periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan
dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2.
TAHAPAN PRAOPERASIONAL
Tahapan ini merupakan
tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget
bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara
mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri,
seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti
tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda
dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran
intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris,
yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal
tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana
perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
3.
TAHAPAN OPERASIONAL
KONKRIT
Tahapan ini adalah tahapan
ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan
mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting
selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka
dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya
ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika
berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan
lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan
cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek
atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas
lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi
cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir
dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan.
Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu
sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4.
TAHAPAN OPERASIONAL FORMAL
Tahap operasional formal
adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini
mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat puberitas)
dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang
dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia
dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran
moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa
orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia
tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap
menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
INFORMASI UMUM MENGENAI
TAHAPAN-TAHAPAN
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
- Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
- Universal (tidak terkait budaya)
- Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
- Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
- Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
- Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
PROSES PERKEMBANGAN
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi
dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema.
Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan
memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun
fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam
pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses
perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi
lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah,
atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin
memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila
pengalaman awal anak berkaitan dengan burung
kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah
kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung
unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya
tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam
skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan
cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa
masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat
burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh
mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan
atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang
baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah
skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah
contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem
kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu
tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang
individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa
keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan.
Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai
dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan
karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara
aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
ISU DALAM PERKEMBANGAN
KOGNITIF[[1]]
Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan
isu perkembangan psikologi secara umum.
TAHAPAN PERKEMBANGAN
- Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
Terdapat kontroversi
terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau
kuantitas kognisi.
2. Kontinuitas
dan diskontinuitas
Kontroversi
ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang
berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
3. Homogenitas
dari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
STABILITAS DAN KELENTURAN
DARI KECERDASAN
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil
pada suatu derajat kecerdasan,
namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun
dibandingkan dengan usia 15 tahun.
SUDUT PANDANG LAIN
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang
berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
- Teori perkembangan kognitif neurosains [[2]]
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan
mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis menjadi dasar dari
pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki
tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu
- Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik dan mental proses
- Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis yang teratur
2. Teori
Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks
sosial
juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif
ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh
terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki
implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak
belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya
diantaranya Lev
Vygotsky, Albert
Bandura, Michael
Tomasello
3. Teori
Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak
memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya.
Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew
N. Meltzoff
D.
KESIMPULAN
PENGERTIAN KOGNITIF
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Istilah “Cognitive”
berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian
yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia /
satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah
PRINSIP DASAR TEORI PIAGET
• Jean Piaget (seorang
psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980) dikenal dengan teori perkembangan
intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi
biologi & psikologis.
• Piaget menerangkan
inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. contoh:
manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin;
manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak
mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk
memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF, dikembangkan oleh Jean
Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980.
Teorinya memberikan banyak konsep utama
dalam lapangan psikologi perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan.
Inteligensi dapat dilihat dari 3
perspektif berbeda:
1. Struktur
2. Isi
3. Fungsi
Skema yang digunakan anak
untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
1.
Periode sensorimotor (usia
0–2 tahun)
perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan
skema refleks
2. Sub-tahapan
fase reaksi sirkular primer
3. Sub-tahapan
fase reaksi sirkular sekunder
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier
- Sub-tahapan awal representasi simbolik
2.
Periode praoperasional
(usia 2–7 tahun)
3.
Periode operasional
konkrit (usia 7–11 tahun)
Proses-proses penting
selama tahapan ini adalah:
1.
Pengurutan
2.
Klasifikasi
3.
Decentering
4.
Reversibility.
5.
Konservasi
6.
Penghilangan sifat Egosentrisme
4.
Periode operasional formal
(usia 11 tahun sampai dewasa)
Keempat tahapan ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia
bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati
dan tidak ada urutan yang mundur.
·
Universal (tidak terkait budaya)
·
Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari
operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi
pengetahuan
·
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang
terorganisasi secara logis
·
Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan
mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan
terintegrasi)
·
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara
kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
PROSES PERKEMBANGAN
Seorang individu dalam
hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut,
seseorang akan memperoleh skema.
Asimilasi adalah proses menambahkan
informasi baru ke dalam skema yang sudah ada.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian
lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi
baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.
E.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami persembahkan kepada para
pembaca. Penulis mengharapkan apresiasi dan tanggapan dari pembaca semua
sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna. Semoga mendatangkan kemanfaatan
bagi kita semua.
REFERENSI
- Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
- Cole, M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth Publishers.
- Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishing
- Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York: Basic Books.
- Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques Voneche Gruber, New York: Basic Books.
- Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.
- Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.
- Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18, 241–259.
- Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology Press.
- Seifer, Calvin "Educational Psychology"
Bacaan lebih lanjut
- Geary, D. C. (2004). Evolution and cognitive development. In R. Burgess & K. MacDonald (Eds.), Evolutionary perspectives on human development (pp. 99-133). Thousand Oaks, CA: Sage Publications. Teks selengkapnya
- Wagner, K. V. Background and Key Concepts of Piaget's Theory
Tidak ada komentar:
Posting Komentar