DALAM
BERPRESTASI
A. Kemandirian Belajar
1. Pengertian Kemandirian Belajar
Pengertian kemandirian belajar akan
didefinisikan secara integral dari pengertian kemandirian dan pengertian
belajar.
a. Pengertian Kemandirian
Menurut Herman
Holstein kemandirian adalah sikap mandiri yang inisiatifnya sendiri mendesak
jauh ke belakang setiap pengendalian asing yang membangkitkan swakarsa tanpa
perantara dan secara spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan, penilaian,
pendapat, pertanggung jawaban tanpa menggantungkan orang lain.[1]
Konsep
kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya
akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan
penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia
mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.[2]
Kemandirian (kematangan pribadi)
dapat didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur (budi
dan akal) dalam kesatuan pribadi. Dengan perkataan lain, manusia mandiri adalah
pribadi dewasa yang sempurna.[3]
Menurut Brawer yang
dikutip oleh M Chabib Thoha mengartikan kemandirian adalah suatu perasaan
otonom. Sikap kemandirian menunjukkan adanya konsistensi organisasi tingkah
laku pada seseorang,
sehingga tidak goyah, memiliki self reliance
atau kepercayaan diri sendiri.[4]
Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat mengaktualisasikan secara
optimal dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain.
b. Pengertian
Belajar
Menurut Muhibbin Syah belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.[5]
Cronbach berpendapat bahwa belajar
adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.[6]
Menurut Dr.
Musthofa Fahmi belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan-perubahan
tingkah laku atau pengalaman. Dengan kata lain yang lebih rinci belajar adalah
suatu aktivitas atau usah yang disengaja dan menghasilkan perubahan, berupa
sesuatu yang baru berkenaan dengan aspek psikis dan fisik yang relatif bersifat
konstan.[7]
Dari pengertian tersebut dapat
diambil pengertian kemandirian belajar adalah suatu perubahan dalam diri
seseorang yang merupakan hasil dari pengalaman dan latihan diri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain. Dalam bertinglah laku mempunyai kebebasan membuat
keputusan, penilaian pendapat serta bertanggung jawab tanpa menggantungkan
kepada orang lain.
2. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar
Berdasarkan pengertian kmandirian
belajar tersebut, maka ciri-ciri kemandirian belajar dapat dikenali. Dalam
bukunya, Chabib Thoha mengutip pendapatnya Brawer bahwa ciri-ciri perilaku
mandiri adalah :[8]
a.
Seseorang
mampu mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan yang datang dari luar
dirinya. Artinya mereka tidak segera menerima begitu saja pengaruh orang lain
tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala kemungkinan yang akan timbul.
b.
Adanya
kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi oleh orang
lain.
Sedangkan Spancer dan Koss,
merumuskan ciri-ciri perilaku mandiri sebagai berikut :
a.
Mampu
mengambil inisiatif.
b.
Mampu
mengatasi masalah.
c.
Penuh
ketekunan.
d.
Memperoleh
kepuasan dari hasil usahanya.
e.
Berkeinginan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orng lain.
Apabila berdasarkan pendapat tersebut
dicermati secara mendalam akan nampak rumusan-rumusan tentang ciri-ciri
kemandirian belajar sebagai berikut :
a.
Mampu
berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
b.
Tidak
mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
c.
Tidak lari
atau menghindari masalah.
d.
Memecahkan
masalah dengan berpikir yang mendalam.
e.
Apabila
menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
f.
Tidak
merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.
g.
Berusaha
bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
h.
Bertanggung
jawab atas tindakannya sendiri.
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar sebagaimana
belajar pada umumnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Muhibbin Syah,
menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa secara
global yaitu :
a.
Faktor
internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi jasmani dan
rohani siswa.
b.
Faktor
eksternal (Faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c.
Faktor
pendekatan belajar (approach to learning)
yakni jenis upaya belajar siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.[9]
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata
faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar di bagi menjadi dua yaitu
faktor eksternal dan faktor internal.[10]
1.
Faktor
Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri
pelajar. Faktor ini dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :
a)
Faktor-faktor non sosial
Yang termasuk faktor ini sangat
banyak jumlahnya yakni meliputi faktor-faktor yang berasal dari luar selain
manusia, misalnya : keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi/siang/
malam), tempat (letak, gedung), alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat
tulis, buku-buku, alat peraga).
b)
Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud faktor-faktor sosial
disini adalah faktor manusia (sesama manusia) baik manusia itu hadir (ada)
maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran
orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak sekali mengganggu
belajar. Misalnya kalau satu kelas muridnya sedang mengerjakan ujian, lalu
terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang
sedang belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar masuk kamar
belajar itu, dan sebagainya.
2.
Faktor Internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri pelajar. Faktor ini di golongkan menjadi dua, yaitu :
1) Faktor
Fisiologis
Faktor ini dibedakan dalam dua macam,
yaitu :
a.
Keadaan
tonus jasmani pada umumnya. Keadaan tonus akan dapat mempengaruhi kegiatan
belajar, seperti kekerungan gizi dapat menyebabkan seseorang itu kurang
bersemangat dalam belajar.
b.
Keadaan
fungsi jasmani tertentu, yang dimaksud di sini adalah kurang berfungsinya indra
seseorang yang indranya atau salah satunya akan berpengaruh dalam kegiatan
belajar.
2)
Faktor psikologis
Yang dimaksud faktor ini diantaranya
adalah motif, sikap, perhatian, bakat, tanggapan, pengamatan, minat dan
intelegensi. Selain itu menurut N. Frandien
sebagaimana yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata sebagai berikut :
a.
Adanya
sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b.
Adanya
sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
c.
Adanya
keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
d.
Adanya
keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan kooperasi maupun dengan kompetisi.
e.
Adanya
keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
f.
Adanya
ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
4. Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa
Dalam Berprestasi
Kemandirian belajar
adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari
pengalaman dan latihan diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Dalam
bertinglah laku mempunyai kebebasan membuat keputusan, penilaian pendapat serta
bertanggung jawab tanpa menggantungkan kepada orang lain.
Anak
yang memiliki kemandirian yang kuat tidak akan mudah menyerah. Sikap
kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku
maka anak juga memiliki peningkatan dalam berfikir, menganggap bahwa dalam
belajar
harus bisa
mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain terus dan juga tidak
menggantungkan belajar dari guru saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak,
elektronik, alam, atau yang lainnya.
Kepribadian
seorang anak yang memiliki ciri kemandirian berpengaruh positif terhadap
prestasi belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena anak mulai dengan kepercayaan
terhadap kemampuannya sendiri secara sadar, teratur dan disiplin berusaha
dengan sungguh‑sungguh untuk mengejar prestasi belajar, mereka tidak merasa rendah diri dan siap mengatasi masalah
yang muncul.
Aktivitas
belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa terlepas dari faktor lain.
Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga.
Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat dari dalam,
yang lebih utama semisal kemandirian maupun dari luar yang tak kalah
pentingnya.
Pada
proses pelaksanaannya dititik beratkan pada pembiasaan siswa agar nantinya
dapat mandiri dalam berbagai hal yang menyangkut kebiasaan manusia sekaligus
hubungan kepada Allah SWT, dalam arti melaksanakan ajaran-ajaran Islam baik
berupa perintah maupun berupa larangan.
Secara
formal waktu belajar adalah mulai dari jam 07.00 sampai jam 13.00 WIB. Selama
proses pembelajaran biasanya guru menggunakan beberapa metode diantaranya,
berupa ceramah, demontrasi, tanya jawab, atau cerita-cerita hikmah yang mencoba
mengajak siswa untuk berbuat baik (persuasif) dengan pendekatan emosional,
rasional dan fungsional.
Dalam
kenyatannya proses pembelajaran diharapkan mampu mendapatkan prestasi belajar
yang baik, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, semisal tingkat
kemandirian siswa itu sendiri dalam belajar. Anak yang memiliki kemandirian
yang kuat tidak akan mudah menyerah. Sikap kemandirian dapat ditunjukkan dengan
adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku.
Dengan adanya perubahan tingkah laku maka anak juga memiliki peningkatan dalam
berfikir, menganggap bahwa dalam belajar harus bisa mandiri tanpa mengandalkan
bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru saja,
tapi belajar juga bisa dari media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya.
Kepribadian
seorang anak yang memiliki ciri kemandirian berpengaruh positif terhadap
prestasi belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena anak mulai dengan kepercayaan
terhadap kemampuannya sendiri secara sadar, teratur dan disiplin berusaha
dengan sungguh‑sungguh untuk mengejar prestasi belajar, mereka tidak merasa rendah diri dan siap mengatasi masalah
yang muncul. Kemandirian belajar yang dimilki setiap anak didik diharapkan bisa
meningkatkan hasil belajar serta menambah semangat mereka dalam mempelajari
ilmu pengetahuan, terutama ilmu agama.
[1] Herman Holstein, Murid
belajar Mandiri, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1986, hlm. 23.
[2] Umar Tirtaraharja dan Lasula, Pengantar
Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm.50.
[3] J.I.G. Drost, S.J, Sekolah
Mengajar atau Mendidik?, Kanisius,
Yogyakarta, 2004, hlm. 39.
[4] M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm. 121.
[5]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 91.
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar, Rineka Cipta, Jakarta,
2002, hlm. 13.
[7] Mustaqim, Psikologi
Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2001, hlm. 34.
[8] M. Chabib Thoha, Op. cit,
hlm. 122-124.
[9] Muhibbin Syah, Op. cit,
hlm. 132.
[10] Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 233-237.
Assalamualikum, mohon untuk meng copy artikelnya, terimakasih mudah-mudahan Allah Swt yang membalasnya. Aamiin.
BalasHapusRasa dalam pembelajaran NKRI GO...Nasionalisme; kemandirian, Religiusitas, Integritas dan Gotong royong...semoga bermanfaat utk kita
BalasHapus