PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
agama Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang taqwa, berbudi luhur yang
memahami dan menyakini serta mengamalkan ajaran agamanya. Sama halnya
pendidikan yang lain, pendidikan agama Islam juga meliputi tiga aspek yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ini berarti materi pelajaran yang
diajarkan guru tidak hanya diketahui dan diresapi saja melainkan dituntut untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari‑hari.[1]
Perkembangan
tingkat kemampuan menerima pelajaran PAI dalam proses pembelajaran, siswa harus
bisa mandiri untuk mempelajari materi‑materi yang telah diberikan oleh guru
PAI. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat mempunyai rasa percaya diri dan
secara sadar bersedia menerima stimulus berupa kegiatan belajar PAI secara
rutin. Dalam proses pembelajaran PAI kemampuan siswa memberi respon ditunjukkan
dengan rasa tanggung jawab terhadap proses pembelajaran tersebut.
Kehendak
internal merupakan kendali seseorang yang dapat digambarkan sebagai seorang
yang berdiri di atas kaki sendiri atau yang dapat diartikan sebagai keinginan
untuk menguasai dan mengendalikan tindakan sendiri. Seseorang yang berdiri
dikaki sendiri akan mengambil inisiatif mengatasi masalah secara mandiri.
Kehendak internal akan dibentuk pada masa kanak‑kanak dan akan meningkat
setelah anak menginjak usia remaja.
Sikap
mandiri merupakan sikap atau ciri kepribadian yang dimiliki seseorang. Dengan
PAI di harapkan dapat mengarahkan dan memelihara proses pendidikan di sekolah
serta membantu siswa merealisasikan tujuan akhir dalam seluruh fenomena
kehidupan sekolah, aktivitas, ilmu, tingkah laku dan akhlak.
Dalam
membentuk sikap mandiri seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama
lingkungan yang terdekat yakni peraturan‑peraturan dan nilai‑nilai yang diberikan
orang tua. Taraf hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran hanya
ditentukan oleh besarnya usaha atau kerajinan yang ditunjukkan olehnya. Oleh
karena itu, keberhasilan dan kegagalan seseorang disebabkan karena usaha dan
kemampuannya.
Konsep
kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya
akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan
penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia
mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.[2]
Menurut
Brawer yang dikutip oleh M. Chabib Thoha mengartikan kemandirian adalah suatu
perasaan otonom. Sikap kemandirian menunjukkan adanya konsistensi organisasi
tingkah laku pada seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance
atau kepercayaan diri sendiri.[3]
Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat mengaktualisasikan secara
optimal dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Jadi, kemandirian
merupakan kemampuan seseorang untuk menguasai dan mengendalikan tindakannya
sesuai dan bebas pengendaliannya, serta adanya usaha untuk mencoba sendiri
sehingga bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalannya sendiri. Dalam
kemandirian dikenal dengan pola pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk
memperluas wawasan ataupun memecahkan persoalan‑persoalan yang dihadapi.
Kemandirian belajar sebagai suatu bentuk perilaku yang mengarahkan siswa untuk
menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan, menentukan dan memilih
kemungkinan‑kemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan sendiri
masalah‑masalah yang dihadapi tanpa harus mengharapkan orang lain.
Anak
yang memiliki kemandirian yang kuat tidak akan mudah menyerah. Sikap kemandirian
dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku maka anak
juga memiliki peningkatan dalam berfikir, menganggap bahwa dalam belajar
khususnya PAI harus bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain
terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru PAI saja, tapi belajar
juga bisa dari media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya.
Kepribadian
seorang anak yang memiliki ciri kemandirian berpengaruh positif terhadap
prestasi belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena anak mulai dengan kepercayaan
terhadap kemampuannya sendiri secara sadar, teratur dan disiplin berusaha
dengan sungguh‑sungguh untuk mengejar prestasi belajar, mereka tidak merasa rendah diri dan siap mengatasi masalah
yang muncul.
Belajar
merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Semua aktivitas yang dicapai
manusia pada dasarnya tidak lain adalah hasil belajar. Oleh karena itu, belajar
berlangsung secara aktif dengan berbagai macam bentuk perbuatan dalam upaya
mencapai tujuan yang diinginkan sebagai bekal untuk hidup. Secara umum belajar
merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.[4]
Untuk
itu diperlukan cara belajar yang dapat
digunakan oleh siswa yang beraneka ragam kemampuannya. Cara belajar itu dikenal
dengan nama belajar mandiri, yaitu suatu bentuk belajar yang didasarkan kepada
siswa itu sendiri dengan mempertimbangkan kemampuannya. Dalam hal ini siswa
diharapkan lebih banyak belajar sendiri atau kelompok dengan bantuan seminimal
mungkin dari orang lain.
Prestasi
sering dirujuk sebagai tolok ukur akan kualitas kemandirian belajar maupun
mentalitas formal siswa di sekolah.
Seorang siswa sering berasumsi bahwa pencapaian prestasi yang baik merupakan
suatu kesuksesan, sehingga cara‑cara yang instan akan dilakukan untuk mencapai
tingkat prestasi yang tinggi. Hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi
setiap guru dan sekolah serta orang tua siswa itu sendiri.
Kenyataan
seperti di atas adalah fenomena rendahnya tingkat kemandirian belajar siswa.
Kenyataan itu tidak berbeda bagi kondisi pada siswa disetiap daerah. Perilaku
siswa dalam kehidupan sehari‑hari mempunyai warna yang beragam, dan itu tidak
bisa lepas dari dasar keluarga dan pendidikan yang diterimanya. Khususnya peran
orang tua dalam mendidik dan membekali anaknya dalam berperilaku.
Tantangan
zaman yang semakin modern menjadikan tantangan masa depan semakin berat dengan
kompetensi dan profesionalitas bekal itu hanya dapat dimiliki bila kemandirian
belajar sudah melembaga dalam diri setiap siswa. Ajaran agama Islam mengajarkan
kemandirian pada posisi terhormat bahwa “tangan di atas lebih baik dari pada
tangan di bawah”, jelas ini menekankan pada kemandirian seseorang dalam segala
sesuatu baik dalam belajar maupun tidak.
Untuk
itu perlu adanya cara belajar yang dapat memotivasi sekaligus bisa meningkatkan
kualitas siswa dalam kaitannya dengan nilai hasil prestasi belajar siswa. Dalam
hal ini adalah hasil prestasi belajar PAI siswa yang diupayakan secara mandiri
guna mencapai tujuan yang dicita‑citakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan
dari latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini penulis mengajukan judul
“PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI) KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH".
D. Rumusan Masalah
Agar
pembahasan yang ada dalam penelitian ini sesuai dengan target yang ingin
diteliti dan untuk memudahkan dalam memilih data yang terkumpul di lapangan,
maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
kemandirian belajar siswa kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH?
2. Bagaimanakah prestasi mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH ?
3. Adakah
hubungan antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi mata pelajaran pendidikan agama
Islam (PAI) kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui kemandirian belajar siswa kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH.
2. Untuk
mengetahui prestasi mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH.
3. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kemandirian belajar siswa terhadap
prestasi mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII .
4. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap prestasi
mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII .
F. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis
sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan
sumbangan pemikiran berupa wacana dalam bidang pendidikan, khususnya tentang
kemandirian belajar.
b. Sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut
dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemandirian belajar siswa
terhadap prestasi belajar.
2. Manfaat praktis
Secara praktis
penelitian ini dapat difungsikan sebagai bahan informasi, evaluasi dan masukan
kepada pihak sekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya demi kualitas
pendidikan.
E. Ruang
Lingkup Penelitian
Sebagaimana
deskripsi yang telah diuraikan pada bagian latar belakang maka peneliti menilai
bahwa kegiatan penelitian ini berkenaan dengan upaya guru PAI dalam mengatasi
kesulitan belajar pada siswa kelas IX di MADRASAH TSANAWIYAH serta
faktor yang mendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan
belajar membacaAl-Qur’an pada siswa kelas IX di MADRASAH TSANAWIYAH
F.
PENUTUP
Dengan
penuh rasa syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas taufik
dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Upaya Mengatasi Kesulitan
Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa kelas IX di MADRASAH TSANAWIYAH.”
Penulis
menyadari atas segala kekurangan dan kelemahan yang ada dalam proposal ini. Hal
ini semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu saran, kritik, dan koreksi dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi perbaikan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…
[1]
Mahfud Shalahuddin, Metodologi Pendidikan Agama, Bina Ilmu, Surabaya,
1987, hlm. 11.
[2]
Umar Tirtaraharja dan Lasula, Pengantar
Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm.50.
[3]
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm. 121.
[4]
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 68.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar