Sabtu, 25 Februari 2012

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH


PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang taqwa, berbudi luhur yang memahami dan menyakini serta mengamalkan ajaran agamanya. Sama halnya pendidikan yang lain, pendidikan agama Islam juga meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ini berarti materi pelajaran yang diajarkan guru tidak hanya diketahui dan diresapi saja melainkan dituntut untuk diamalkan dalam kehidupan sehari‑hari.[1]
Perkembangan tingkat kemampuan menerima pelajaran PAI dalam proses pembelajaran, siswa harus bisa mandiri untuk mempelajari materi‑materi yang telah diberikan oleh guru PAI. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat mempunyai rasa percaya diri dan secara sadar bersedia menerima stimulus berupa kegiatan belajar PAI secara rutin. Dalam proses pembelajaran PAI kemampuan siswa memberi respon ditunjukkan dengan rasa tanggung jawab terhadap proses pembelajaran tersebut.
Kehendak internal merupakan kendali seseorang yang dapat digambarkan sebagai seorang yang berdiri di atas kaki sendiri atau yang dapat diartikan sebagai keinginan untuk menguasai dan mengendalikan tindakan sendiri. Seseorang yang berdiri dikaki sendiri akan mengambil inisiatif mengatasi masalah secara mandiri. Kehendak internal akan dibentuk pada masa kanak‑kanak dan akan meningkat setelah anak menginjak usia remaja.
Sikap mandiri merupakan sikap atau ciri kepribadian yang dimiliki seseorang. Dengan PAI di harapkan dapat mengarahkan dan memelihara proses pendidikan di sekolah serta membantu siswa merealisasikan tujuan akhir dalam seluruh fenomena kehidupan sekolah, aktivitas, ilmu, tingkah laku dan akhlak.

Dalam membentuk sikap mandiri seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan yang terdekat yakni peraturan‑peraturan dan nilai‑nilai yang diberikan orang tua. Taraf hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran hanya ditentukan oleh besarnya usaha atau kerajinan yang ditunjukkan olehnya. Oleh karena itu, keberhasilan dan kegagalan seseorang disebabkan karena usaha dan kemampuannya.
Konsep kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.[2]
Menurut Brawer yang dikutip oleh M. Chabib Thoha mengartikan kemandirian adalah suatu perasaan otonom. Sikap kemandirian menunjukkan adanya konsistensi organisasi tingkah laku pada seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance atau kepercayaan diri sendiri.[3] Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat mengaktualisasikan secara optimal dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Jadi, kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk menguasai dan mengendalikan tindakannya sesuai dan bebas pengendaliannya, serta adanya usaha untuk mencoba sendiri sehingga bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalannya sendiri. Dalam kemandirian dikenal dengan pola pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memperluas wawasan ataupun memecahkan persoalan‑persoalan yang dihadapi. Kemandirian belajar sebagai suatu bentuk perilaku yang mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan, menentukan dan memilih kemungkinan‑kemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan sendiri masalah‑masalah yang dihadapi tanpa harus mengharapkan orang lain.
Anak yang memiliki kemandirian yang kuat tidak akan mudah menyerah. Sikap kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku maka anak juga memiliki peningkatan dalam berfikir, menganggap bahwa dalam belajar khususnya PAI harus bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru PAI saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya.
Kepribadian seorang anak yang memiliki ciri kemandirian berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena anak mulai dengan kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri secara sadar, teratur dan disiplin berusaha dengan sungguh‑sungguh untuk mengejar prestasi belajar, mereka tidak  merasa rendah diri dan siap mengatasi masalah yang muncul.
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Semua aktivitas yang dicapai manusia pada dasarnya tidak lain adalah hasil belajar. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dengan berbagai macam bentuk perbuatan dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan sebagai bekal untuk hidup. Secara umum belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[4]  
Untuk itu diperlukan cara belajar yang  dapat digunakan oleh siswa yang beraneka ragam kemampuannya. Cara belajar itu dikenal dengan nama belajar mandiri, yaitu suatu bentuk belajar yang didasarkan kepada siswa itu sendiri dengan mempertimbangkan kemampuannya. Dalam hal ini siswa diharapkan lebih banyak belajar sendiri atau kelompok dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain.
Prestasi sering dirujuk sebagai tolok ukur akan kualitas kemandirian belajar maupun mentalitas  formal siswa di sekolah. Seorang siswa sering berasumsi bahwa pencapaian prestasi yang baik merupakan suatu kesuksesan, sehingga cara‑cara yang instan akan dilakukan untuk mencapai tingkat prestasi yang tinggi. Hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi setiap guru dan sekolah serta orang tua siswa itu sendiri.
Kenyataan seperti di atas adalah fenomena rendahnya tingkat kemandirian belajar siswa. Kenyataan itu tidak berbeda bagi kondisi pada siswa disetiap daerah. Perilaku siswa dalam kehidupan sehari‑hari mempunyai warna yang beragam, dan itu tidak bisa lepas dari dasar keluarga dan pendidikan yang diterimanya. Khususnya peran orang tua dalam mendidik dan membekali anaknya dalam berperilaku.
Tantangan zaman yang semakin modern menjadikan tantangan masa depan semakin berat dengan kompetensi dan profesionalitas bekal itu hanya dapat dimiliki bila kemandirian belajar sudah melembaga dalam diri setiap siswa. Ajaran agama Islam mengajarkan kemandirian pada posisi terhormat bahwa “tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”, jelas ini menekankan pada kemandirian seseorang dalam segala sesuatu baik dalam belajar maupun tidak.
Untuk itu perlu adanya cara belajar yang dapat memotivasi sekaligus bisa meningkatkan kualitas siswa dalam kaitannya dengan nilai hasil prestasi belajar siswa. Dalam hal ini adalah hasil prestasi belajar PAI siswa yang diupayakan secara mandiri guna mencapai tujuan yang dicita‑citakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini penulis mengajukan judul “PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH".

D.  Rumusan Masalah
Agar pembahasan yang ada dalam penelitian ini sesuai dengan target yang ingin diteliti dan untuk memudahkan dalam memilih data yang terkumpul di lapangan, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kemandirian belajar siswa kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH?
2.  Bagaimanakah prestasi mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH ?
3. Adakah hubungan antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi mata                    pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui kemandirian belajar siswa kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH.
2. Untuk mengetahui prestasi mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII MADRASAH TSANAWIYAH.
3.  Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII .
4.    Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap prestasi mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) kelas VIII .

F.  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1.  Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran berupa wacana dalam bidang pendidikan, khususnya tentang kemandirian belajar.
b.   Sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar.
2.   Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat difungsikan sebagai bahan informasi, evaluasi dan masukan kepada pihak sekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya demi kualitas pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Sebagaimana deskripsi yang telah diuraikan pada bagian latar belakang maka peneliti menilai bahwa kegiatan penelitian ini berkenaan dengan upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar pada siswa kelas IX di MADRASAH TSANAWIYAH serta faktor yang mendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membacaAl-Qur’an pada siswa kelas IX di MADRASAH TSANAWIYAH

F.     PENUTUP
Dengan penuh rasa syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul  “Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa kelas IX di MADRASAH TSANAWIYAH.”
Penulis menyadari atas segala kekurangan dan kelemahan yang ada dalam proposal ini. Hal ini semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran, kritik, dan koreksi dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…



[1] Mahfud Shalahuddin, Metodologi Pendidikan Agama, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hlm. 11.
[2] Umar Tirtaraharja dan Lasula, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm.50.
[3] M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm. 121.
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 68.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar