Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Madrasah
Diniyah Matholi’ul Huda
A. Latar
Belakang Masalah.
Al-Qur’an
adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat (bukti kebenaran atas
kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang tertulis di dalam
mushaf-mushaf, yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya
dipandang beribadah[1].
Untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia
maupun di akhirat melalui Al-Qur’an, maka setiap umat Islam harus berusaha
belajar, mengenal, membaca dan mempelajarinya[2].
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada manusia
untuk dibaca dan diamalkan. Ia telah terbukti menjadi pelita agung dalam
memimpin manusia mengarungi perjalanan hidupnya. Tanpa membaca manusia tidak
akan mengerti akan isinya dan tanpa mengamalkannya manusia tidak akan dapat merasakan
kebaikan dan keutamaan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an.[3]
Di
era globalisasi ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat
dikarenakan para generasi kita masih banyak yang belum mampu untuk membaca
Al-Qur’an secara baik apalagi memahaminya. Oleh karena itu, sebagai orang tua
harus mengusahakan sedini mungkin untuk mendidik dan membiasakan membaca
Al-Qur’an.
Dengan
membaca Al-Qur’an atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan hikmah serta
meresapinya isinya niscaya akan mendapat petunjuk dari Allah SWT, serta dapat
menenangkan hati. Itulah yang dinamakan Rahmat dari Allah SWT[4].
Al-Qur’an tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi ia sekaligus merupakan pedoman
hidup, sumber ketenangan jiwa serta dengan membaca Al-Qur’an dan mengetahui
isinya dapat diharapkan akan mendapat Rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 82:
Artinya: Dan
kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian.(Qs. Al- Isra’:
82)[5].
Dalam
kehidupan kaum muslimin tidak akan terlepas dari Al-Qur’an karena Al-Qur’an
yang sangat lengkap dan sempurna isinya itu diyakini sebagai petunjuk yang
sekaligus menjadi pedoman hidup dalam urusan duniawi dan ukhrawi sehingga
tidaklah mengherankan jika kaum muslimin selalu kembali kepada Al-Qur’an setiap
menghadapi permasalahan kehidupan. Di samping itu Al-Qur’an juga berfungsi
sebagai sumber ajaran Islam, serta sebagai dasar petunjuk di dalam berfikir,
berbuat dan beramal sebagai kholifah di muka bumi. Untuk dapat memahami fungsi
Al-Qur’an tersebut, maka setiap manusia yang beriman harus berusaha
belajar, mengenal, membaca dengan fasih dan benar sesuai dengan aturan membaca
(ilmu tajwidnya), makharijul huruf, dan mempelajari baik yang tersurat maupun yang
terkandung di dalamnya (tersirat), menghayatinya serta mengamalkan isi kandungan
Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qomar pada ayat 22 yang
berbunyi:
Artinya: Dan
Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang
yang mengambil pelajaran.(Qs.
Al-Qomar).[7]
Ayat
tersebut di atas dapat dipahami bahwa wajib hukumnya bagi setiap muslim yang
beriman kepada Allah dan Kitab-kitabnya untuk mempelajari isi kandungan dengan
baik dan benar. Namun demikian, dewasa ini banyak sekali di tengah masyarakat generasi
muda Islam yang belum mampu atau bahkan ada yang sama sekali tidak dapat
membaca Al-Qur’an padahal bacaan Al-Qur’an termasuk juga bacaan dalam sholat. Pemandangan
lain yang cukup memprihatinkan adalah akhir-akhir ini dirasakan
kecintaan
membaca Al-Qur’an di kalangan umat Islam sendiri agak semakin menurun. Bahkan
sudah jarang sekali terdengar orang orang membaca Al-Qur’an di rumah-rumah
orang Islam, padahal mereka tahu membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang
memperoleh pahala dari Allah SWT. Jika umat Islam sudah merasa tidak penting
untuk membaca Al-Qur’an, maka siapakah yang akan mau membaca Al-Qur’an kalau
bukan orang Islam itu sendiri.[8]
Dapat
diketahui bahwa setiap muslim mempunyai tanggung jawab dan berkewajiban untuk
mengajarkan dan mengamalkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup
seluruh umat manusia yang ada di dunia ini. Apalagi dalam menghadapi tantangan
zaman di abad modern dengan perkembangan dinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat seperti sekarang ini. Masyarakat muslim, secara
khusus orang tua, ulama terutama guru di sekolah perlu khawatir dan prihatin
terhadap anak-anak sebagai generasi penerus terhadap maju pesatnya IPTEK yang
berdampak pada terjadinya pergeseran budaya hingga berpengaruh pada pelaksanaan
kegiatan pembelajaran Al-Qur’an, manusia di zaman ini cenderung lebih menekankan
ilmu umum yang condong pada kepentingan dunia dan melupakan ilmu keagamaan sebagai
tujuan di akhirat kelak. Ketidakpedulian manusia dalam belajar Al-Qur’an akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan buta huruf Al-Qur’an yang pada akhirnya
Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah tidak lagi di baca ataupun dipahami apalagi
diamalkan.[9]
Membaca
Al-Qur’an dengan fasih dan benar, mengerti akan kandungan ayat yang dibacanya
apalagi mau mengamalkannya, niscaya akan mendapat suatu kemuliaan dari Allah
SWT, bahkan bila perlu dilagukan dengan suara yang merdu, sebab itu termasuk
Sunnah Rasul. Sabda Nabi
SAW:
Artinya: Dari
Abu Hurairah r. a berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah
SWT tiada senang mendengar seorang yang sedang melakukan bacaan Al-Qur’an
dengan suara yang keras dan merdu (HR Shahih Muslim).[10]
Berdasarkan
keterangan hadits tersebut dapat dimengerti bahwa membaca Al-Qur’an dengan suara
merdu akan mendapat tambahan pahala dari Allah. Suara merdu tidak hanya dipakai
untuk menyanyikan lagu saja, melainkan sebaiknya digunakan untuk membaca
Al-Qur’an dan juga mengetahui isi kandungannya. Nilai-nilai agama telah mulai
luntur dan ditinggalkan sama sekali. Budaya membaca Al-Qur’an di rumah-rumah setelah
sholat fardhu sudah jarang didengarkan. Membaca Al-Qur’an telah digantikan
dengan bacaan-bacaan atau media-media informasi lain seperti: koran atau surat
kabar, majalah, televisi dll. Lebih parah lagi menurunnya kemampuan orang-orang
muslim dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Dalam
proses pendidikan upaya atau usaha guru sangatlah penting demi kelangsungan
proses belajar mengajar yang baik. Dalam pengertian upaya atau usaha mempunyai
arti yang sama yaitu ikhtiar untuk mencapai sesuatu yang hendak di capai.
Sedangkan pengertian guru itu sendiri adalah pendidik profesional, karena ia
telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggungjawab pendidikan
yang sebenarnya menjadi tanggungjawab orang tua.[11]
Pada saat ini tidaklah asing lagi apabila mendengar para pendidik
yangmenyatakan keluhan-keluhan tentang pengajaran materi PAI dalam hal membaca
Al-Qur’an khususnya di sekolah. Salah satu sekolah tersebut adalah Madrasah
Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, hal itu disebabkan banyak faktor yaitu:
1.
Dari
segi pemahaman materi berbeda antara siswa yang satu dan lainnya.[12]
2.
Tidak
semua siswa lancar dalam membaca dan menulis ayat-ayat Al- Qur’an.[13]
3.
Siswa
menganggap mata pelajaran PAI adalah momok yang paling menyulitkan untuk
dipelajari atau untuk menerimanya. Dan tidak semua siswa menyukai mata
pelajaran PAI khususnya membaca Al-Qur’an serta kurang sebuah motivasi belajar siswa.[14]
Juga
dalam hal ini adanya sebuah pendorong agar terlaksananya tujuan tersebut yaitu
dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap disamping itu juga kita
memerlukan tenaga pengajar yang profesional di bidangnya. Persoalan yang
sekarang terjadi adalah di Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, di sekolah
tersebut merupakan sebuah lembaga ynag menargetkan pada tiap siswanya untuk bisa
membaca Al-Qur’an dan menjadi mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh siswa Madrasah
Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis. Dalam perjalanannya ternyata pembelajaran
membaca Al-Qur’an menghadapi permasalahan yang tidak sedikit. Di antara
permasalahan yang dihadapi adalah input siswa beragam (ada yang non muslim),
jumlah jam pelajaran (alokasi waktu), guru, dan metode pembelajaran membaca
Al-Qur’an yang terbatas.
Mengenai
input siswa yang beragam tersebut, bahwasanya ada siswa yang sudah lancar dalam
membaca Al-Qur’an, ada yang belum lancar, dan ada yang buta terhadap huruf
Al-Qur’an. Heterogenitas siswa ini menjadi masalah ketika mereka berkumpul
dalam satu kelas.[15]
Masalah lain yang dihadapi guru PAI adalah bagaimana menentukan metode dan
pendekatan yang tepat sehingga para siswa mampu meraih target yang dicanangkan
pihak kurikulum. Padahal Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum dilihat dari
segi alokasi jam pelajaran setiap mingggunya hanya mendapatkan porsi 2 jam
pelajaran. Alokasi waktu.. [16]
Sebagaimana
dalam skripsi yang ditulis oleh Firmandi tahun 2007 dengan judul Metode
kontemporer dalam pembelajaran Al-Qur’an menyatakan bahwa Kemampuan dan
keterampilan membaca Al-Qur’an para siswa sekolah tingkat menengah lanjutan,
diperoleh tidak semata-mata didasarkan atas proses hasil belajar di sekolah
formal, melainkan ada sejumlah media lain yang turut membantu kemampuan dan
keterampilan tersebut. Faktor lingkungan keluarga sendiri amat membantu hal
ini. Siswa yang memiliki kemampuan dan keterampilan membaca Al-Qur’an dengan
baik ternyata mereka telah mulai belajar membaca Al-Qur’an pada Sekolah Dasar, bahkan
pada usia Taman Kanak-kanak. Dalam konteks ini orang tua anak amat berperan
karena mereka telah sejak dini mengarahkan putra puterinya untuk belajar
mengenal huruf dan mengajarinya membaca Al-Qur’an.[17]
Diantara
hal yang kurang memuaskan adalah masih banyak ditemuikesalahan siswa dalam
membaca Al-Qur’an, misalnya ada beberapa siswa yang masih kurang lancar
tajwidnya seperti terbata-bata dalam membaca ayat Al-Qur’an, belum mampu
mempraktikkan bacaan mad dengan benar yaituterkadang bacaan mad tidak dibaca
panjang dan yang seharusnya pendek malah dibaca panjang. Siswa juga masih
banyak melakukan kesalahan dalam membaca hukum bacaan yang dibaca dengung dan
yang tidak dibaca dengung. Dalam membaca makharijul hurufnya siswa masih belum
bisa membedakan antara , ث- س dan د- ذ , disamping itu juga mereka masih belum bisamelagukan dan
melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan benar dan menarik.Hal inilah yang
mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Upaya Mengatasi
Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda
Pringtulis.”
B. Rumusan
Masalah.
Dari rangkaian
latar belakang tersebut, Peneliti menarik beberapa masalah yaitu:
1.
Bagaimana
upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa Madrasah
Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis?
2.
Apa
saja faktor pendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan
belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda
Pringtulis?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan penelitian di atas, penelitian ini mempunyai tujuan:
1.
Untuk
mengetahui upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an
pada siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis.
2.
Untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi
kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda
Pringtulis.
D. Kegunaan
Penelitian
Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi
Peneliti Sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulis dalam
bidang pendidikan di masa depannya khususnya Menambah wawasan keilmuan
pendidikan Al-Qur’an.
2.
Bagi
Lembaga yang diteliti Dapat memberi masukan bagi penyelenggara lembaga pendidikan/sekolah,
guru-guru PAI pada Madin dan pembuat kebijakan dalam penyusunan kurikulum PAI
dan pelaksanaan kegiatan Al-Qur’an.
3.
Bagi
Masyarakat Peneliti berharap agar hasil penelitian ini digunakan sebagai khasanah
ilmu pengetahuan untuk bahan penelitian lebih lanjut, khususnya spesifikasi ke
Al-Qur’annya dan tentunya akan memberikan inspirasi dan alternatif untuk
mencari cara terbaik dalam proses pembelajaran Al-Qur’an.
E. Ruang
Lingkup Penelitian
Sebagaimana
deskripsi yang telah diuraikan pada bagian latar belakang maka peneliti menilai
bahwa kegiatan penelitian ini berkenaandengan upaya guru PAI dalam mengatasi
kesulitan belajar membaca Al- Qur’an pada siswa kelas Madrasah Diniyah
Matholi’ul Huda Pringtulis serta faktor yang mendukung dan penghambat upaya
guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membacaAl-Qur’an pada siswa Madrasah
Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis.
F.
PENUTUP
Dengan
penuh rasa syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas taufik
dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Upaya Mengatasi Kesulitan
Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda
Pringtulis.”
Penulis
menyadari atas segala kekurangan dan kelemahan yang ada dalam proposal ini. Hal
ini semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu saran, kritik, dan koreksi dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi perbaikan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…
[3] Muhammad
Thalib, Fungsi dan Fadhillah Membaca Al-Qur’an (Surakarta: Kaffah Media,
2005), hlm. 11
[5] Al
-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 290
[6] Abu
Yahya As- Syilasyabi, Cara Mudah Membaca Al-Qur’an Sesuai Kaidah Tajwid (Yogyakarta:
Daar Ibn Hazm, 2007), hlm 12
[7] Al-Qur’an
dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 529.
[8]
Abu
Yahya As- Syilasyabi, op, cit., hlm. 13
[10] Muslim,
Abu Husain Ibnu, Al-Qur’an Hajjaj Ibnu Muslim Al-Qur’an Qusyairi, Jilid I, Shahih
Muslim hlm. 987
[12] Wawancara dengan ibu Mukarromah, Guru PAI Madrasah Diniyah
Matholi’ul Huda Pringtulis, tanggal 18 Juli 2011
[13]
Wawancara dengan ibu Mukarromah, Guru PAI Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda
Pringtulis, tanggal 18 Juli 2010
[14] Wawancara dengan bapak
Junaidi, Guru PAI Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, tanggal 18 Juli
2010
[15] Wawancara dengan bapak
Sulthoni, kepala sekolah Guru PAI Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis,
tanggal 18 Juli 2010
[16] Harun Maidir, dkk. Kemampuan
Baca Tulis Al-Qur’an Siswa SMA (Jakarta: DEPAG badan Litbang dan
Puslitbang, 2007), hlm. 10
[17] Firmandi 2007 Implementasi
Metode Kontemporer dalam Pembelajaran Al- Qur’an. Skripsi PAI Fakultas
Tarbiyah UIN Malang.
ASSALAMUALAIKUM KAK MAAF SEBELUMNYA APAKAH BOLEH SAYA MEMINTA FULL PROPOSAL KAKAK UNTUK CONTOH PENULISAN SKRIPSI SAYA???
BalasHapus