Sabtu, 25 Februari 2012

Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda


Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda

A. Latar Belakang Masalah.
Al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat (bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang beribadah[1]. Untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat melalui Al-Qur’an, maka setiap umat Islam harus berusaha belajar, mengenal, membaca dan mempelajarinya[2].
 Al-Qur’an diturunkan Allah kepada manusia untuk dibaca dan diamalkan. Ia telah terbukti menjadi pelita agung dalam memimpin manusia mengarungi perjalanan hidupnya. Tanpa membaca manusia tidak akan mengerti akan isinya dan tanpa mengamalkannya manusia tidak akan dapat merasakan kebaikan dan keutamaan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an.[3]
Di era globalisasi ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat dikarenakan para generasi kita masih banyak yang belum mampu untuk membaca Al-Qur’an secara baik apalagi memahaminya. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus mengusahakan sedini mungkin untuk mendidik dan membiasakan membaca Al-Qur’an.
Dengan membaca Al-Qur’an atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan hikmah serta meresapinya isinya niscaya akan mendapat petunjuk dari Allah SWT, serta dapat menenangkan hati. Itulah yang dinamakan Rahmat dari Allah SWT[4]. Al-Qur’an tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi ia sekaligus merupakan pedoman hidup, sumber ketenangan jiwa serta dengan membaca Al-Qur’an dan mengetahui isinya dapat diharapkan akan mendapat Rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 82:
Artinya: Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(Qs. Al- Isra’: 82)[5].

Dalam kehidupan kaum muslimin tidak akan terlepas dari Al-Qur’an karena Al-Qur’an yang sangat lengkap dan sempurna isinya itu diyakini sebagai petunjuk yang sekaligus menjadi pedoman hidup dalam urusan duniawi dan ukhrawi sehingga tidaklah mengherankan jika kaum muslimin selalu kembali kepada Al-Qur’an setiap menghadapi permasalahan kehidupan. Di samping itu Al-Qur’an juga berfungsi sebagai sumber ajaran Islam, serta sebagai dasar petunjuk di dalam berfikir, berbuat dan beramal sebagai kholifah di muka bumi. Untuk dapat memahami fungsi Al-Qur’an tersebut, maka setiap manusia yang beriman harus berusaha belajar, mengenal, membaca dengan fasih dan benar sesuai dengan aturan membaca (ilmu tajwidnya), makharijul huruf, dan mempelajari baik yang tersurat maupun yang terkandung di dalamnya (tersirat), menghayatinya serta mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.[6] Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qomar pada ayat 22 yang berbunyi:
  

Artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran.(Qs. Al-Qomar).[7]

Ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa wajib hukumnya bagi setiap muslim yang beriman kepada Allah dan Kitab-kitabnya untuk mempelajari isi kandungan dengan baik dan benar. Namun demikian, dewasa ini banyak sekali di tengah masyarakat generasi muda Islam yang belum mampu atau bahkan ada yang sama sekali tidak dapat membaca Al-Qur’an padahal bacaan Al-Qur’an termasuk juga bacaan dalam sholat. Pemandangan lain yang cukup memprihatinkan adalah akhir-akhir ini dirasakan
kecintaan membaca Al-Qur’an di kalangan umat Islam sendiri agak semakin menurun. Bahkan sudah jarang sekali terdengar orang orang membaca Al-Qur’an di rumah-rumah orang Islam, padahal mereka tahu membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang memperoleh pahala dari Allah SWT. Jika umat Islam sudah merasa tidak penting untuk membaca Al-Qur’an, maka siapakah yang akan mau membaca Al-Qur’an kalau bukan orang Islam itu sendiri.[8]
Dapat diketahui bahwa setiap muslim mempunyai tanggung jawab dan berkewajiban untuk mengajarkan dan mengamalkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup seluruh umat manusia yang ada di dunia ini. Apalagi dalam menghadapi tantangan zaman di abad modern dengan perkembangan dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seperti sekarang ini. Masyarakat muslim, secara khusus orang tua, ulama terutama guru di sekolah perlu khawatir dan prihatin terhadap anak-anak sebagai generasi penerus terhadap maju pesatnya IPTEK yang berdampak pada terjadinya pergeseran budaya hingga berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Al-Qur’an, manusia di zaman ini cenderung lebih menekankan ilmu umum yang condong pada kepentingan dunia dan melupakan ilmu keagamaan sebagai tujuan di akhirat kelak. Ketidakpedulian manusia dalam belajar Al-Qur’an akan mengakibatkan terjadinya peningkatan buta huruf Al-Qur’an yang pada akhirnya Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah tidak lagi di baca ataupun dipahami apalagi diamalkan.[9]
Membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar, mengerti akan kandungan ayat yang dibacanya apalagi mau mengamalkannya, niscaya akan mendapat suatu kemuliaan dari Allah SWT, bahkan bila perlu dilagukan dengan suara yang merdu, sebab itu termasuk Sunnah Rasul. Sabda Nabi
SAW:

Artinya: Dari Abu Hurairah r. a berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT tiada senang mendengar seorang yang sedang melakukan bacaan Al-Qur’an dengan suara yang keras dan merdu (HR Shahih Muslim).[10]
Berdasarkan keterangan hadits tersebut dapat dimengerti bahwa membaca Al-Qur’an dengan suara merdu akan mendapat tambahan pahala dari Allah. Suara merdu tidak hanya dipakai untuk menyanyikan lagu saja, melainkan sebaiknya digunakan untuk membaca Al-Qur’an dan juga mengetahui isi kandungannya. Nilai-nilai agama telah mulai luntur dan ditinggalkan sama sekali. Budaya membaca Al-Qur’an di rumah-rumah setelah sholat fardhu sudah jarang didengarkan. Membaca Al-Qur’an telah digantikan dengan bacaan-bacaan atau media-media informasi lain seperti: koran atau surat kabar, majalah, televisi dll. Lebih parah lagi menurunnya kemampuan orang-orang muslim dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Dalam proses pendidikan upaya atau usaha guru sangatlah penting demi kelangsungan proses belajar mengajar yang baik. Dalam pengertian upaya atau usaha mempunyai arti yang sama yaitu ikhtiar untuk mencapai sesuatu yang hendak di capai. Sedangkan pengertian guru itu sendiri adalah pendidik profesional, karena ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang sebenarnya menjadi tanggungjawab orang tua.[11] Pada saat ini tidaklah asing lagi apabila mendengar para pendidik yangmenyatakan keluhan-keluhan tentang pengajaran materi PAI dalam hal membaca Al-Qur’an khususnya di sekolah. Salah satu sekolah tersebut adalah Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, hal itu disebabkan banyak faktor yaitu:
1.      Dari segi pemahaman materi berbeda antara siswa yang satu dan lainnya.[12]
2.      Tidak semua siswa lancar dalam membaca dan menulis ayat-ayat Al- Qur’an.[13]
3.      Siswa menganggap mata pelajaran PAI adalah momok yang paling menyulitkan untuk dipelajari atau untuk menerimanya. Dan tidak semua siswa menyukai mata pelajaran PAI khususnya membaca Al-Qur’an serta kurang sebuah motivasi belajar siswa.[14]
Juga dalam hal ini adanya sebuah pendorong agar terlaksananya tujuan tersebut yaitu dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap disamping itu juga kita memerlukan tenaga pengajar yang profesional di bidangnya. Persoalan yang sekarang terjadi adalah di Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, di sekolah tersebut merupakan sebuah lembaga ynag menargetkan pada tiap siswanya untuk bisa membaca Al-Qur’an dan menjadi mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis. Dalam perjalanannya ternyata pembelajaran membaca Al-Qur’an menghadapi permasalahan yang tidak sedikit. Di antara permasalahan yang dihadapi adalah input siswa beragam (ada yang non muslim), jumlah jam pelajaran (alokasi waktu), guru, dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an yang terbatas.
Mengenai input siswa yang beragam tersebut, bahwasanya ada siswa yang sudah lancar dalam membaca Al-Qur’an, ada yang belum lancar, dan ada yang buta terhadap huruf Al-Qur’an. Heterogenitas siswa ini menjadi masalah ketika mereka berkumpul dalam satu kelas.[15] Masalah lain yang dihadapi guru PAI adalah bagaimana menentukan metode dan pendekatan yang tepat sehingga para siswa mampu meraih target yang dicanangkan pihak kurikulum. Padahal Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum dilihat dari segi alokasi jam pelajaran setiap mingggunya hanya mendapatkan porsi 2 jam pelajaran. Alokasi waktu.. [16]
Sebagaimana dalam skripsi yang ditulis oleh Firmandi tahun 2007 dengan judul Metode kontemporer dalam pembelajaran Al-Qur’an menyatakan bahwa Kemampuan dan keterampilan membaca Al-Qur’an para siswa sekolah tingkat menengah lanjutan, diperoleh tidak semata-mata didasarkan atas proses hasil belajar di sekolah formal, melainkan ada sejumlah media lain yang turut membantu kemampuan dan keterampilan tersebut. Faktor lingkungan keluarga sendiri amat membantu hal ini. Siswa yang memiliki kemampuan dan keterampilan membaca Al-Qur’an dengan baik ternyata mereka telah mulai belajar membaca Al-Qur’an pada Sekolah Dasar, bahkan pada usia Taman Kanak-kanak. Dalam konteks ini orang tua anak amat berperan karena mereka telah sejak dini mengarahkan putra puterinya untuk belajar mengenal huruf dan mengajarinya membaca Al-Qur’an.[17]
Diantara hal yang kurang memuaskan adalah masih banyak ditemuikesalahan siswa dalam membaca Al-Qur’an, misalnya ada beberapa siswa yang masih kurang lancar tajwidnya seperti terbata-bata dalam membaca ayat Al-Qur’an, belum mampu mempraktikkan bacaan mad dengan benar yaituterkadang bacaan mad tidak dibaca panjang dan yang seharusnya pendek malah dibaca panjang. Siswa juga masih banyak melakukan kesalahan dalam membaca hukum bacaan yang dibaca dengung dan yang tidak dibaca dengung. Dalam membaca makharijul hurufnya siswa masih belum bisa membedakan antara , ث- س dan د- ذ , disamping itu juga mereka masih belum bisamelagukan dan melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan benar dan menarik.Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis.”

B. Rumusan Masalah.
Dari rangkaian latar belakang tersebut, Peneliti menarik beberapa masalah yaitu:
1.      Bagaimana upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis?
2.      Apa saja faktor pendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, penelitian ini mempunyai tujuan:
1.      Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis.
2.      Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.      Bagi Peneliti Sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulis dalam bidang pendidikan di masa depannya khususnya Menambah wawasan keilmuan pendidikan Al-Qur’an.
2.      Bagi Lembaga yang diteliti Dapat memberi masukan bagi penyelenggara lembaga pendidikan/sekolah, guru-guru PAI pada Madin dan pembuat kebijakan dalam penyusunan kurikulum PAI dan pelaksanaan kegiatan Al-Qur’an.
3.      Bagi Masyarakat Peneliti berharap agar hasil penelitian ini digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan untuk bahan penelitian lebih lanjut, khususnya spesifikasi ke Al-Qur’annya dan tentunya akan memberikan inspirasi dan alternatif untuk mencari cara terbaik dalam proses pembelajaran Al-Qur’an.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Sebagaimana deskripsi yang telah diuraikan pada bagian latar belakang maka peneliti menilai bahwa kegiatan penelitian ini berkenaandengan upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al- Qur’an pada siswa kelas Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis serta faktor yang mendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membacaAl-Qur’an pada siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis.



F.     PENUTUP
Dengan penuh rasa syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul  “Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis.”
Penulis menyadari atas segala kekurangan dan kelemahan yang ada dalam proposal ini. Hal ini semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran, kritik, dan koreksi dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…




[1]  Masfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya: Karya Abditama, 1997), hl;m. 1
[2] Ibid., hlm. 2
[3] Muhammad Thalib, Fungsi dan Fadhillah Membaca Al-Qur’an (Surakarta: Kaffah Media, 2005), hlm. 11
[4]  Ibid., hlm. 12
[5] Al -Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 290
[6] Abu Yahya As- Syilasyabi, Cara Mudah Membaca Al-Qur’an Sesuai Kaidah Tajwid (Yogyakarta: Daar Ibn Hazm, 2007),  hlm 12
[7] Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 529.
[8] Abu Yahya As- Syilasyabi, op, cit., hlm. 13
[9]  Muhammad Thalib, op. cit., , hlm. 14
[10] Muslim, Abu Husain Ibnu, Al-Qur’an Hajjaj Ibnu Muslim Al-Qur’an Qusyairi, Jilid I, Shahih Muslim hlm. 987
[11] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 39
[12] Wawancara dengan ibu Mukarromah, Guru PAI Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, tanggal 18 Juli 2011
[13] Wawancara dengan ibu Mukarromah, Guru PAI Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, tanggal 18 Juli 2010
[14]  Wawancara dengan bapak Junaidi, Guru PAI Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, tanggal 18 Juli 2010
[15]  Wawancara dengan bapak Sulthoni, kepala sekolah Guru PAI Madrasah Diniyah Matholi’ul Huda Pringtulis, tanggal 18 Juli 2010
[16]  Harun Maidir, dkk. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa SMA (Jakarta: DEPAG badan Litbang dan Puslitbang, 2007), hlm. 10
[17]  Firmandi 2007 Implementasi Metode Kontemporer dalam Pembelajaran Al- Qur’an. Skripsi PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

1 komentar:

  1. ASSALAMUALAIKUM KAK MAAF SEBELUMNYA APAKAH BOLEH SAYA MEMINTA FULL PROPOSAL KAKAK UNTUK CONTOH PENULISAN SKRIPSI SAYA???

    BalasHapus