KONSEP PEMBELAJARAN PAI
DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1 SAMPAI 5
A.
PENDAHULUAN
Sastra dan
puisi telah menjadi alat ekspresi manusia dan kreativitas, dalam semua
kebudayaan. Dunia juga menyaksikan zaman ketika literatur dan puisi kebanggaan
menduduki posisi, mirip dengan yang sekarang dinikmati oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Muslim
maupun non-Muslim sepakat bahwa Al-Qur’an adalah sastra
Arab par excellence
– bahwa itu adalah sastra Arab terbaik di muka bumi. Al-Qur’an, tantangan umat manusia dalam ayat
berikut: “Dan jika kamu dalam keraguan Seperti apa yang telah Kami
mengungkapkan Dari waktu ke waktu untuk Hamba kami, lalu menghasilkan Soorah
Seperti tambahan pula; Dan panggilan Anda saksi atau pembantu (Jika ada) selain
Allah, Jika Anda (keraguan) yang benar.
Tetapi jika
kamu tidak bisa-Dan dengan pasti Anda tidak bisa. ayam takut neraka Siapa
bahan bakar Pria dan Stones – Mana yang disiapkan untuk mereka yang menolak Iman.
“[Al-Qur'an 2:23-24] 1 Notasi
yang sama diikuti seluruh buku ini. Referensi dan terjemahan
al-Quran berasal dari terjemahan dari Al-Qur’an oleh Abdullah Yusuf
Ali, edisi revisi yang baru, 1989, diterbitkan oleh Amana Corporation,
Maryland, USA. Tantangan Al-Qur’an, adalah untuk menghasilkan Soorah tunggal (bab) seperti Soorahs mengandung. Tantangan yang sama diulang di beberapa Al-Qur’an kali. Tantangan untuk menghasilkan Soorah, yang, dalam keindahan, kefasihan, kedalaman dan makna setidaknya agak mirip dengan Soorah al-Quran tetap terpenuhi sampai hari ini.
Maryland, USA. Tantangan Al-Qur’an, adalah untuk menghasilkan Soorah tunggal (bab) seperti Soorahs mengandung. Tantangan yang sama diulang di beberapa Al-Qur’an kali. Tantangan untuk menghasilkan Soorah, yang, dalam keindahan, kefasihan, kedalaman dan makna setidaknya agak mirip dengan Soorah al-Quran tetap terpenuhi sampai hari ini.
Seorang pria
rasional modern, bagaimanapun, tidak akan pernah menerima agama
Alkitab, yang mengatakan, dalam bahasa puitis yang terbaik, bahwa dunia
datar. Hal ini karena kita hidup di usia, di mana akal manusia, logika dan
ilmu pengetahuan diberikan keutamaan. Tidak banyak yang akan menerima Al-Qur’an
itu luar biasa indah bahasa, sebagai bukti asal Ilahiah nya. Setiap
Kitab Suci 1 Al-Qur’an
2:23-24 menunjukkan Soorah atau Bab No 2 dan Ayaat atau Ayat 23 dan
24.
Ilmu Al-Qur’an dan Modern.
yang mengaku
sebagai wahyu ilahi juga harus diterima pada kekuatan
nya sendiri alasan dan logika. Menurut fisikawan terkenal dan pemenang Hadiah Nobel, Albert Einstein, “Ilmu tanpa agama adalah lumpuh. Agama tanpa ilmu adalah buta “Mari kita. Oleh karena itu studi Al-Qur’an, dan menganalisa apakah itu Al-Qur’an dan Modern Ilmu yang kompatibel atau tidak kompatibel? Al-Qur’an bukan buku ilmu pengetahuan tetapi buku ‘tanda’, yaitu ayats.
nya sendiri alasan dan logika. Menurut fisikawan terkenal dan pemenang Hadiah Nobel, Albert Einstein, “Ilmu tanpa agama adalah lumpuh. Agama tanpa ilmu adalah buta “Mari kita. Oleh karena itu studi Al-Qur’an, dan menganalisa apakah itu Al-Qur’an dan Modern Ilmu yang kompatibel atau tidak kompatibel? Al-Qur’an bukan buku ilmu pengetahuan tetapi buku ‘tanda’, yaitu ayats.
Ada lebih
dari enam ribu ‘tanda’ dalam Al-Qur’an yang lebih dari ribu
berurusan dengan ilmu pengetahuan. Kita semua tahu bahwa Sains banyak kali
mengambil ‘U-turn’. Dalam
buku ini saya telah mempertimbangkan fakta-fakta ilmiah hanya didirikan dan tidak
hanya hipotesis dan teori-teori yang didasarkan pada asumsi dan tidak didukung
oleh bukti.
B. Karakteristik
Surat al-Alaq ayat 1 sampai 5
Al-Qur’an adalah nama suatu kitab yang berisi
firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya, yaitu nabi
Muhammad. Sedangkan kata al-Qur’an berasal dari akar kata qara’a yang
artinya membaca, dan ayat yang pertama turun itu juga terambil dari kata
qara’a, sama seperti akar kata al- Qur’an[1].
Surat al-Alaq merupakan salah satu surat dari surat dalam al-Qur’an yang diturunkan Allah
kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, al-Alaq merupakan surat ke 96
dari urutan mushaf Usmani, surat ini diturunkan di Makkah sebelum Nabi hijrah,
yaitu ketika Nabi masih tinggal di Makkah bersama paman beliau, yaitu Abdul
Muthalib.
Para ulama’ sepakat bahwa surat al-Alaq ayat 1
sampai 5 ini merupakan wahyu yang pertama yang diturunkan Allah kepada nabi
Muhammad. Menurut jumhurul ulama’ surat al-Alaq, yang merupakan wahyu pertama
yang diturunkan kepada Nabi ini mula-mula turun sebanyak 5 ayat, kemudian
ayatayat berikutnya turun setelah ayat yang ke-5 itu. Menurut satu pendapat,
lima ayat yang pertama dari ayat ini diturunkan setelah surat al-Fatihah,
ketika Nabi berada di Gua Hira’ ketika sedang melakukan kontemplasi dari
kerusakan perilaku manusia, akan tetapi pendapat ini tidak masyhur[2].
Thabathaba’in menulis dari konteks uraian
ayat-ayatnya, tidak mustahil keseluruhan dari ayatayat surat ini turun sekaligus,
sedang Thahir ibn ‘Asyur menyatakan, lima ayat dari surat al-Alaq ini turun
pada tanggal 17 Ramadhan, dan pendapatnya ini dianut oleh kebanyakan ulama[3]’.
Nabi menerima wahyu yang pertama dari Allah, pada usia 40 tahun, wahyu yang
beliau terima itu bermula dari mimpi yang kemudian menjadi kenyataan, beliau
menyaksikan cahaya yang cerah ketika subuh muncul, sejak itu beliau senang
menyendiri untuk lebih dekat dengan tuhannya, dalam kontemplasinya itu beliau
diberi risalah oleh Allah yaitu berupa turunnya risalah pertama kepada Nabi
(surat al-Alaq ayat 1 sampai 5), sehingga dengan diterimanya risalah itu,
menunjukkan terpilihnya beliau sebagai penyampai risalah dari Allah[4].
Pada masa para sahabat Nabi, nama yang populer
atas surat al-Alaq ini yaitu surat Iqra’ Bismi Rabbika, sedang dalam
mushaf Usmani disebut surat al-Alaq, dan ada juga yang menamainya dengan
sebutan surat iqra’ yang kesemuanya mengambil dari lafad-lafad yang telah
disebutkan di dalam surat tersebut. Disebut al-Alaq karena mengambil dari ayat
yang ke-2, disebut iqra’ atau iqra’ bismi rabbika mengambil dari
lafad ayat yang pertama, disebut alqalam mengambil dari lafad ayat yang
ke-4[5].
Ayat-ayat dalam surat al-Alaq ini berjumlah 20 ayat menurut ulama’ Makkah dan
Madinah, sedangkan menurut ulama’ Kufah berjumlah 19 ayat, dan menurut ulama’
Syam berjumlah 18 ayat[6].
Surat ini turun pada masa permulaan kenabian
Nabi Muhammad, ketika beliau pada waktu itu belum mengetahui kitabullah dan
keimanan, Allah mengutus malaikat Jibril untuk mendatangi beliau, dengan
membawa risalah yang disampaikan kepada Nabi, serta memerintahkan Nabi membaca
walaupun dalam hal ini Nabi terkenal dengan keumiyannya (buta huruf)[7].
Nabi merupakan orang yang sangat dipercaya, karena itu beliau disebut al-
Amin, ketika beliau melihat keadaan disekitar beliau (ketika itu beliau
berada di Makkah) sangat memprihatinkan, dalam hal perilaku, gaya hidup serta
kerusakan-kerusakan yang lain, maka beliau pada waktu itu memilih untuk
berkontemplasi, menyendiri dari keramaian dunia, untuk lebih mendekatkan diri
pada sang pencipta.
Hal ini beliau lakukan karena beliau sering
bermimpi, yang mimpi beliau menjadi kenyataan. Mimpi pertama kali itu beliau
alami pada bulan Rabiul Awal, dan enam bulan setelah itu beliau diperlihatkan
kembali mimpi yang serupa, yaitu mimpi bagaikan fajar menyingsing dengan
terang. Wahyu turun kepada Nabi selama tiga belas tahun.
1. Aspek Pembelajaran PAI dalam surat al-Alaq
ayat 1 sampai 5
a). Manusia sebagai Subjek dan Objek
Pembelajaran
Dalam surat yang pertama kali diturunkan
kepada nabi Muhammad, manusialah yang mendapat mandat sebagai peserta didik
yang diberi pelajaran langsung oleh Allah dan pendidik untuk menyampaikan apa
yang telah mereka terima, pernyataan di atas telah dinyatakan dalam penyebutan
manusia dalam surat al-Alaq ayat ke-dua dan penyebutan manusia yang ke-dua kali
dalam ayat yang ke-lima, penjelasan di atas
sesuai dengan yang dipaparkan oleh Sakip
Mahmud, yaitu:
“Penyebutan kata manusia yang pertama,
merupakan suatu ketetapan kalau manusialah yang dituju oleh al-Qur’an,
manusialah yang diberi keterangan, petunjuk, ketetapan-ketetapan hukum melalui
kitab yang diturunkan kepada mereka.” [8]
Manusia yang merupakan sasaran dari
pembelajaran juga dipaparkan oleh Ahmad Nurwadjah, yaitu:
“Muhammad berperan sebagai seorang peserta
didik, sebab beliau adalah orang yang mencari sesuatu petunjuk dengan jalan
kontemplasi dan semangat yang cukup tinggi, peserta didik harus mempunyai
semangat mencari ilmu yang cukup tinggi dan
mengawalinya dengan upaya menyucikan jiwa,
sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu’ yang akan memudahkan dirinya dalam
pembelajaran.” [9]
Menurut M. Quraish Shihab, manusia merupakan
objek dan subjek dari pendidikan, yaitu:
“Pengulangan iqra’ dimaksudkan agar Nabi lebih
banyak membaca, menelaah, memperhatikan alam raya serta membaca kitab yang tertulis
dan tidak tertulis dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat.”[10]
Sedang menurut ‘Alauddin Ali bin Muhammad bin
Ibrahim al- Baghdadi al-Khozin, manusia yang dimaksud disini yaitu:
“Nabi Adam merupakan manusia pertama yang
diberi pelajaran oleh Allah menurut satu pendapat, sedangkan menurut pendapat yang
lain yaitu nabi Muhammad, Nabi akhir zaman yang diberi wahyu oleh Allah, bukan
hanya sebagai peserta didik akan tetapi beliau dituntut menjadi pendidik.”[11]
Hal ini juga dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas,
tentang manusia sebagai
subjek dan objek pendidikan, yaitu:
“Manusia yang dididik dalam ayat yang kelima
dari surat al-Alaq ini, yaitu nabi Adam yang ditunjukkan dengan surat
al-Baqaroh “Wa ‘Allama Aadam al-Asmaa Kullaha” pengajaran Allah kepada Nabi
Adam dengan nama-nama barang yang berada di alam jagat raya.”[12]
Aam Amiruddin juga menjelaskan, yaitu:
“Pada ayat yang pertama ini dijelaskan
perintah kepada manusia untuk selalu melakukan penelaah, perenungan, riset pada
fenomenafenomena yang ada, ayat tersebut disertai dengan bismirabbikallazdi khalaq
(dengan nama tuhanmu yang menjadikan) bertujuan agar pelaku dari membaca selalu
melakukan kegiatan yang bersifat ilmiah dengan keikhlasan mencari ridha Allah,
hal itu bertujuan agar mereka semakin membuat merasa kecil dihadapan Allah dan semakin
sadar bahwa ilmu Allah itu sangat luas, tidak terbatas.”[13]
hlm 4641
Hati, 2002), Volume 15
hlm 391
Abu Umar al-Maidani,
(Solo: at-Tibyan, tp. th., ) hlm 186
Hati, 2002),Volume 15
hlm 397
238-239
Tidak ada komentar:
Posting Komentar