Rabu, 01 Agustus 2012

MATERI WUDHU


WUDHU
menurut bahasa artinya bersih atau indah, sedangkan menurut syara adalah membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadas kecil.
Rukun-rukun Wudhu
1.      Niat
2.      membasuh muka
3.      membasuh kedua tangan hingga siku
4.      mengusap sebagian rambut kepala
5.      membasuh kedua kaki hingga mata kaki
6.      tertib artinya teratur tidak bolak balik.
Sunah-sunah wudhu
1.      dimulai dengan membaca BASMALAH ( bismillahir rahmaanir rahiim )
2.      membasuh kedua tangan sampai pergelangan tangan.
3.      berkumur – kumur membersihkan gigi
4.      membersihkan lubang hidung.
5.       membasuh seluruh rambut kepala dengan air
6.       membasuh kedua telinga, bagian luar dan dalam.
7.       membersihkan sela jari tangan dan kaki
8.       membaca doa sesudah wudhu.
9.       selalu mendahulukan yang kanan dan mengahirkan dengan yang kiri
10. semuanya di lakukan tiga kali
Batalnya wudhu.
1.      keluarnya benda dari qubul atau kemaluan dan dubur atau anus misalnya kentut, buang air besar ( pup )
2.      hilang akal ( gila ), mabuk, pingsan, dsb.
3.      menyentuh kemaluan qubul ataupun dubur anus dengan tangan kanan atau jari – jari tangan dengan tanpa penutup, baik terhadap kemaluan miliknya atau anaknya sendiri.
4.      bersentuhan kulit antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya.
5.      tidur.
Tata cara berwudhu
Niat Wudhu:

Nawaitul Wudhuu-a li raf’il hadatsil ashghari fardhal lillahi ta’aala.
Artinya : aku berniat wudhu untuk menghilangkan hadas kecil. Fardhu karena Allah ta’aala.

1.      mencuci kedua tangan sampai pergelangan tangan hingga bersih.
2.      berkumur sambil membersihkan gigi
3.      membersihkan lubang hidung tiga kali
4.      membasuk muka tiga kali, mulai dari tumbuhnya rambut kepala sampai bawah dagu dan dari telinga kanan hingga telinga kiri
5.      setelah itu membasuh kedua tangan hingga siku sebanyak tiga kali.
6.      membasuh rambut kepala sebanyak tiga kali
7.      membasuh kedua telinga sebanyak tiga kali
8.      membasuh kedua kaki sebanyak tiga kali
9.      tertib artinya tidak bolak – balik.
Berdoa sesudah wudhu.
Asyhadu al laa ilaaha illallahu wahdahu la syariika lah, wa asyhadu anna muhamadan abduhu wa rasuuluh. Allaahummaj’alnii minattawabiina waj’alni minal mutatahhirin, waj’alni min ibaadikash shaalihiin, subhaanakallaahumma wa bi hamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan ( yang berhak di sembah ) kecuali Allah yang maha esa, tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah hamba dan rasul Nya. Ya Allah jadikanlah aku termasuk golongan orang – orang mensucikan diri, dan jadikanlah aku termasuk orang – orang yang saleh. Maha suci engkau ya Allah dan dengan memujimu, aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan ( yang berhak di sembah ) kecuali engkau. Aku mohon ampun kepadaMu dan aku bertoba kepadamu.

PENYAKIT SOMBONG

Sombong adalah salah satu sifat manusia yang berada dalam hati. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Alloh SWT dan orang itu sendiri. Akan tetapi, kesombongan ini akan dapat dilihat oleh orang lain ketika tercermin dalam sebuah perbuatan ataupun amalan. Perlu anda ketahui bahwa sifat sombong adalah sebuah penyakit yang cepat sekali menyebar, dan kewajiban seorang muslim adalah menghindarinya dan membuat benteng yang kokoh untuk bertahan hembusan angin beracun ini.

Apakah hakikat kesombongan itu? Apa pengaruhnya terhadap agama dan akhlak si empunya sifat tersebut? Lalu, kapan seseorang disebut sombong? Dan kapankah seseorang yang sombong itu mencapai derajat kafir? Apa mungkin rasa sombong itu menghinggapi para pencari ilmu dan da’i?

Dari pertanyaan-pertanyaan itulah penulis tergerak untuk memaparkan penjelasan seputar sifat sombong.

Kesombongan adalah sebuah perbuatan hati atau lisan atau anggota badan manusia yang mencerminkan penolakan terhadap kebenaran (al haq), dan juga mencerminkan penghinaan kepada makhluk lain, baik manusia, hewan, tumbuhan dan lain-lain. Pengertian tersebut diambil berdasarkan hadist Rosululloh SAW:

عن ابن مسعود قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ((لا يدخل الجنةَ من في قلبه مثقالُ ذرةٍ من كِبر))ٍ . فقال رجل: ((إن الرجل يُحبُّ أن يكون ثوبه حسناً ونعله حسنةً ؟)) فقال: ((إن الله جميلٌ يُحبُّ الجمال الكبر بطَرُ الحق وغمطُ الناس)) " مسلم.

Dari Ibnu Mas’ud ia berkata, “Rosululloh SAW pernah bersabda, "Tidaklah akan masuk surga orang yang didalam hatinya ada sebesar biji sawi dari sifat sombong." Tiba-tiba ada orang yang berkata kepada Rosululloh, “Sesungguhnya semua orang itu menginginkan baju dan sandal yang dipakainya indah/bagus?” Maka Rosululloh SAW menjawabnya, “Sesungguhnya Alloh SWT adalah indah dan menyukai keindahan, sedangkan kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim)

Syeikh ‘Abdurrohman As Sa’diy menjelaskan makna sombong di dalam tafsirnya, rasa sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan makhluk/orang lain. Sedangkan sebaliknya adalah rasa tawadhu’ yang berarti menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikannya, dan tidak menghina atau merendahkan orang lain. Akan tetapi ia selalu melihat kelebihannya dan menyukai kelebihan tersebut sebagaimana ia menyukai kelebihan yang ada dalam dirinya sendiri.

Sifat sombong terbagi menjadi dua, yang pertama adalah sombong yang menyebabkan sang pemiliknya menjadi kafir. Dan yang kedua adalah sombong yang tidak menyebabkan kekafiran, akan tetapi pemiliknya mendapatkan dosa besar.

Rasa sombong yang dapat menyebabkan kekafiran adalah kesombongan yang menjadikan seseorang menolak dan menentang kebenaran yang datangnya dari Alloh SWT dan Rosul-Nya, serta dapat membawanya kepada perbuatan yang merendahkan seorang muslim karena keislaman dan keimanannya.

Barangsiapa yang terjerumus kedalam sifat ini, maka sungguh ia telah kafir dan keluar dari Islam, sebagaimana tertera di dalam AL Qur'an,

) بلى قد جاءتك آياتي فكذبت بها واستكبرت وكنت من الكافرين (

“(Bukan demikian) Sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir." (Az Zumar: 59)

Orang yang menyombongkan diri terhadap agama Alloh SWT dan meremehkan orang lain karena keimanannya, secara zhohir ia telah menyerupai perbuatan Iblis dan juga Fir’aun. Keduanya telah disebut kafir oleh Alloh SWT karena kesombongannya lantaran penolakan mereka terhadap kebenaran yang datangnya dari Alloh SWT dan juga peremehan terhadap orang lain.

) و إذ قلنا للملائكة اسجدوا لأدم فسجدوا إلا إبليس أبى واستكبر وكان من الكافرين (

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al Baqoroh: 34)

) واستكبر هو وجنوده في الأرض بغير الحق و ظنوا أنهم إلينا لا يرجعون (

“Dan berlaku angkuhlah Fir'aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.” (Al Qoshos: 39)

Sifat Fir’aun dan bala tentaranya yang meremehkan orang lain, telah termaktub di dalam firman-Nya,

( فاستخف قومه فأطاعوه إنهم كانوا قوما فاسقين )

ِ“Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.” (Az Zukhruf: 54)

Sifat sombong yang kedua adalah sifat yang membuat seseorang berdosa besar, akan tetapi tidak sampai kepada derajat kekafiran. Sifat ini membawa pemiliknya kepada penolakan terhadap kebenaran urusan duniawi yang tidak ada sangkut pautnya dengan hukum syar’i baik halal atau haram. Seperti perbuatan seseorang yang meremehkan atau menghina orang lain karena merasa mempunyai kelebihan dari orang lain.

Perbuatan semacam itu adalah perbuatan sombong, yang sangat membahayakan agama dan akhlak pelakunya, dan juga dapat mengantarkan pelakunya kepada dosa besar.

Contoh lain dari sifat sombong ini adalah menolak nasehat dan kebenaran dari orang yang kedudukannya lebih rendah dari kita. Seperti orang kaya yang menolak kebenaran yang muncul dari orang miskin, seorang guru yang menolak kebenaran yang muncul dari seorang murid, dan lain sebagainya.

Setiap kejelekan pastilah akan berpengaruh kepada pemiliknya bahkan juga kepada orang lain, karena sesungguhnya kejelekan itu menular.

Sudah barang tentu sifat sombong yang pertama ataupun yang kedua adalah perbuatan jelek, walaupun sifat tersebut merupakan perbuatan hati. Namun, kedua sifat tersebut mempunyai pengaruh dan akibat terhadap kejiwaan dan fisik si empunya.

Akibat pertama, orang yang sombong akan terjerumus kepada kehidupan yang sempit karena kesombongannya, biarpun seakan ia merasa berkuasa atau lebih hebat dari orang lain, sebagaimana Alloh SWT berfirman,

ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا و نحشره يوم القيامة أعمى

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."(Thoha: 124)

Kata berpaling pada ayat diatas merupakan perbuatan sombong yang artinya berpaling dari ilmu dan agama Alloh SWT.

Akibat kedua, orang-orang yang berbuat sombong akan menjadi buta terhadap ayat-ayat Alloh SWT dan petunjuk-Nya, bahkan mereka menjadi orang yang tidak bisa memanfaatkan ilmu, meskipun pada dasarnya mereka adalah intelek dan cendikiawan. Sebagaimana ayat Alloh SWT,

سأصرف عن آياتي الذين يتكبرون في الأرض بغير الحق وإن يروا كلَّ آيةٍ لا يؤمنوا بها وإن يروا سبيل الرشد لا يتخذوه سبيلاً وإن يروا سبيل الغي يتخذوه سبيلاً

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), maka mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, maka mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (Al A’rof: 146)

Akibat ketiga, orang yang bersifat sombong pasti masuk ke neraka jahannam. Firman-Nya pula,

فادخلوا أبواب جهنم خالدين فيها فلبئس مثوى المتكبرين

“Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.” (An-Nahl: 29)

إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Ghofir/Al Mukmin: 60)

Orang-orang yang sombong dengan hartanya terhadap orang lain dipastikan oleh Rosululloh SAW sebagai penghuni neraka pada hari kiyamat, hal itu disebabkan ia menolak kebenaran yang datangnya dari orang lain, karena ia merasa lebih mempunyai harta, lebih kaya, dan bahkan lebih mulia darinya.

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :" إنه ليأتي الرجلُ السمينُ العظيم يوم القيامة لا يزن عند الله جناح بعوضة " متفق عليه.

Rosululloh SAW bersabda, “Sungguh akan datang pada hari kiyamat orang yang gemuk dan mulia (karena kedudukan dan hartanya) yang ia tidak mempunyai timbangan (kebaikan) sedikitpun disisi Alloh biarpun hanya seberat sayap satu ekor nyamuk.” (Muttafaq ‘Alaihi)

Imam Nawawi menjelaskan hadist tersebut, bahwa masuknya orang itu ke dalam neraka disebabkan kesombongannya kepada orang lain.

Ayat-ayat dan hadist diatas adalah dalil umum yang menghukumi setiap perbuatan sombong. Ulama kontemporer seperti Abu Basheer atau yang dikenal dengan Abdul Mun’im Musthofa Halimah telah menjelaskan pembagian orang-orang sombong di dalam kitabnya.

Adapun macam-macamnya adalah :

1. Kesombongan orang-orang yang duduk di pemerintahan thoghut. Mereka sesungguhnya telah menolak kebenaran syariat Islam yang seharusnya menjadi hukum di dalam sebuah negara. Kesombongan mereka jelas terlihat ketika mereka menolak akan dakwah syariat yang telah disampaikan kepada mereka.

2. Kesombongan para tentara thoghut, sebagaimana para tentara Fir’aun yang selalu menyatakan siap berperang demi sang raja. Aparat Fir’aun pada masa itu telah terulang kembali pada hari ini. Dimana seluruh tentara di dunia bersepakat untuk membunuh, menangkap, bahkan menyiksa para da’i dan mujahidin yang bergerak demi tegaknya kalimatul haq di muka bumi ini.

3. Kesombongan orang-orang miskin. Sesuatu yang sangat naif apabila sifat sombong telah merasuki orang miskin, karena pada dasarnya orang miskin itu bersahaja dikarenakan kebutuhannya yang tidak banyak terpenuhi. Maka seandainya si miskin berani sombong, lalu bagaimana sifatnya apabila Alloh berikan kekayaan kepadanya? Hal ini sebenarnya telah diwanti-wanti oleh Rosululloh dengan sabdanya yang berbunyi,

) ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا يُزكيهم، ولا ينظر إليهم ولهم عذاب أليم: شيخٌ زانٍ، وملكٌ كذاب، وعائلٌ مستكبر (مسلم.

“Ada tiga orang yang Alloh SWT tidak akan berbicara kepada mereka pada hari qiyamat, Allah tidak akan mensucikan/membersihkan mereka, dan Allah tidak akan melihat mereka, serta mereka akan mendapat adzab yang sangat pedih, mereka adalah orang tua yang pezina, pemimpin yang pembohong, dan orang miskin yang sombong” (H.R. Muslim)

4. Kesombongan para pencari ilmu dan para da’i. Hal ini adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Bisa jadi, seseorang akan merasa lebih pandai dari orang lain sehingga dialah yang seharusnya berhak berbicara. Sebagaimana da’i senior lebih merasa berhak berbicara dari juniornya, sampai-sampai ada anekdot yang sangat menusuk hati para da’i “Kalau belum tua belum boleh bicara” na’udzubillah mindzalik apabila hal itu merasuki kita semua. Dan masih banyak contoh-contoh kesombongan yang dapat dilihat oleh kasat mata, yang sebenarnya siapapun bisa menghindarinya.

Referensi :

    Al Qur'an dan terjemahnya
    Fath Al Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani
    Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi
    At Thoghut, 'Abdul Mun'im Musthofa Halimah
    Tafsir As Sa'di
    Al Fawaid, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah
    Maktabah Syamela, volume 2